Sejarah Perkembangan Karet
Sejarah Perkembangan Karet
Sejarah karet berawal dari orang Amerika Utara ketika
Christopher Columbus bermain seperti bola pada tahun 1476. Seseorang yang
tercatat sebagai penemu benua Amerika, Christoper Columbus tercengang karena
bola yang orang indian mainkan itu memantul jika dijatuhkan ke tanah. Usut
punya usut bola tersebut terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput lalu
setelah itu diberikan campuran lateks yang dipanaskan diatas unggun dan dibuat sedemikian
rupa hingga seperti bola.
Lalu pada tahun 1731, ketika para ilmuwan mulai tertarik untuk menyelidiki dan mengembangkan bahan tersebut. seorang ahli kewarganegaraan Perancis bernama Fresnau melaporkan bahwa banyak tanaman yang dapat menghasilkan karet (lateks), diantaranya dari jenis Havea Brasilienss yang tumbuh di sekitar hutan Amazon di Brazil. Pada saat ini tanaman tersebut “Havea Brasilienss” menjadi tanaman penghasil karet utama, dan sudah banyak dibudidayakan di kawasan Asia Tenggara yang menjadi penghasil karet utama di dunia saat ini.
Seorang pakar ahli kimia dari inggris di tahun 1770
melaporkan bahwa, karet juga dapat digunakan untuk menghapus tulisan pensil. Lalu
pada tahun 1775 karet mulailah dipergunakan sebagai alat penghapus tulisan
pensil, dan jadilah karet tersebut di Inggris dengan sebutan nama “Rubber”
(dari kata to rub, yang memiliki arti menghapus), sebelum terciptanya Rubber,
remah roti biasa digunakan orang untuk menghapus tulisan dari pensil. Pada
dasarnya, nama ilmiah yang diberikan untuk benda yang elastis (mirip seperti
karet) ialah elastomer, akan tetapi sebutan Rubber lebih popular daripada
elastomer di kalangan masyarakat awam.
Baca Juga : Tentang Karet Elastomer Jembatan
Karet yang diproduksi saat itu selalu saja elastisitas karet
menjadi kaku di musim dingin dan lengket dimusim panas, sampai pada tahun 1838
seorang yang Bernama Charles Goodyear melakukan penelitian dan menemukan bahwa,
jika dicampurkan dengan belerang dan dipanaskan maka karet tersebut menjadi
elastis dan tahan terhadap segala macam cuaca. Maka sebagian besar para ilmuwan
sepakat untuk menetapkan bahwa penemu proses vulkanisasi tersebut adalah Charles
Goodyear. Penemuan besar proses vulkanisasi ini, akhirnya disebut sebagai awal mula
dari perkembangan industri karet.
Pada waktu penduduk jepang di Asia Tenggara dalam WWII,
persediaan karet alam di negara sekutu menjadi sangat kritis dan diperkirakan
persediaan karet akan habis dalam waktu beberapa bulan saja. Maka pemerintah
Amerika mendorong penelitian untuk mencari solusi atas krisis karet, lalu para
ilmuan menemukan karet sintetis sebagai pengganti karet alam yang akan habis, setelah
ditemukannya karet sintetis mulailah menghasilkan dan memproduksi karet
sintetik untuk memenuhi kebutuhan karet yang mendesak. Usaha besar ini akhirnya
membuahkan hasil dalam waktu singkat dan terus berkembang sesudah WWII lalu berakhir
pada tahun 1945. Dalam kurun waktu 3 tahun sesudah berakhirnya WWII, sepertiga dari
karet yang dikonsumsi oleh dunia adalah karet sintetik. Lalu pada tahun 1983,
hampir 4 juta ton karet alam dikonsumsi oleh masyarakat dunia dan sebaliknya,
karet sintetik yang digunakan sudah mencapai lebih 8 juta ton dan terus
bertambah hingga sekarang.
Baca Juga : Karet Fender Dermaga